Rabu, 04 Mei 2011

PUTUS ASA DALAM BERDOA

Kenapa kita tidak boleh mutung dan
membatalkan doa yang telah dipanjatkan
kepada Tuhan?
Salah satu sifat wajib Tuhan Yang Maha Esa
adalah MAHA MENDENGAR dan MAHA MELIHAT.
Dengan memiliki sifat ini, manusia tidak boleh
khawatir dan takut bahwa apa yang
diharapkannya tidak didengar bahkan dilupakan
oleh Tuhan.
Kalau kita berharap sesuatu, maka selidikilah
kepada siapa harapan dan doa itu kita
gantungkan? Kalau kita berharap pada tetangga,
pada bupati, pada gubernur, pada menteri, pada
polisi, pada jaksa, bahkan pada presiden, maka
kita tidak usah seratus persen yakin bahwa
harapan kita itu dikabulkan. Kenapa? Sebab
mereka adalah manusia yang bisa lupa.
Meskipun bisa jadi kita sudah mengadakan akad
yang ditulis di atas hitam dan putih pun jangan
berharap banyak deh. Misalnya kita berharap agar
uang yang kita tanam di bank suatu ketika akan
menghasilkan laba, namun harapan itu
hendaknya tidak usah terlalu diyakini … Sebab bisa
jadi banknya kolaps, tutup dan sebagainya. Kalau
suatu ketika kita mengadakan perjanjian di atas
kertas bermaterai pun dengan demikian kita
menanamkan harapan, juga hendaknya tidak
usah terlalu yakin bahwa harapan kita itu bisa
benar-benar akan ditunaikan oleh pihak lain.
Menanam harapan dan perjanjian di dunia boleh
saja, bahkan bisa jadi menentramkan. Namun kita
tidak boleh menggantungkan keyakinan dengan
derajat kepastian seratus persen. Kalau kita
meyakini seratus persen, bersiaplah untuk
menanggung kekecewaan seumur hidup. Sebab
semua perjanjian yang dibuat antar makhluk
apalagi makhluk yang punya akal, sifatnya
RELATIF. Manusia punya akal, dia mudah ngakali
dan akal-akalan dengan janjinya.
Masih mending menaruh harapan dengan benda
mati. Misalnya mobil atau sepeda motor. Bila
suatu ketika kita membeli mobil atau sepeda
motor baru, semua onderdilnya pasti juga baru
dan jika kita mengisinya dengan bensin yang
cukup dan melaju di jalan tol yang lengang, maka
kita bolehlah berharap banyak bahwa si mobil
mampu digeber dengan kecepatan 120 kilometer
perjam lebih.
Masih juga mending kita menaruh harapan pada
makhluk halus. Misalnya jika kita ingin cepat kaya
dan memelihara tuyul, maka kita boleh berharap
banyak agar si tuyul tiap hari mencuri uang dan
memberikannya pada kita. Makhluk tuyul sangat
kecil kemungkinannya untuk memberikan uang
hasil curiannya pada orang lain yang dia tidak
kenal. Tuyul takut melanggar perjanjian dan akad
yang telah dibuat bersama sehingga suatu ketika
Tuyul juga menagih haknya sesuai dengan
perjanjian awal saat seseorang berkeinginan
memelihara tuyul.
Contoh lain, saat seseorang berkeinginan untuk
menyantet. Seorang dukun mengadakan
perjanjian dengan makhluk halus. Dukun berjanji
akan memberi makanan berupa ritual slametan
dan berjanji akan memberi tumbal (nyawa
keluarga klien) bila si makhluk halus berhasil
menyantet seseorang (musuh klien). Dalam
prakteknya, membuat perjanjian degan makhluk
halus derajat kepastiannya malah lebih bisa
dijamin dibanding dengan manusia.
Manusia kayaknya mudah untuk mblenjani (inkar)
janji. Sangat sering kita dengar, seseorang
berjanji namun dia mengingarinya sendiri.
Padahal, ciri-ciri manusia beriman salah satunya
adalah MENEPATI JANJI. Jika kita tidak menepati
janji, maka oleh Tuhan kita ini dianggap tidak
beriman. Beriman jelas letaknya tidak di mulut,
namun di dalam hati yang memancar di dalam
perilaku. Manusia yang sudah tinggi tingkat
spiritualnya, pastilah orang-orang yang tidak suka
mengobral janji namun sedikit usaha. Sebaliknya,
mereka sedikit obral janji namun banyak usaha.
DAFTAR TUNGGU DOA
Kita sudah sering membahas tentang hakikat doa,
yaitu harapan yang kita sampaikan kepada pihak
lain. Yaitu hanya kepada Tuhan. Doa tidak perlu
disampaikan kepada akik, keris, tombak, dan
sebagainya. Doa yang benar hanya disampaikan
kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha
Melihat.
Saat kita berdoa, maka malaikat pasti mencatat
doa kita dan buku catatan itu tidak ditinggal di
sembarang tempat. Doa kita diletakkan di kotak-
kotak yang suatu saat pasti akan dikabulkan untuk
kita. Mari kita renungkan, mana doa kita yang
sudah dan belum dikabulkan pada Tuhan?
Bertanyalah kepada orang yang hampir
meninggal, apa ada doanya yang tidak dikabulkan
Tuhan. Pasti jawabannya "semua doa saya sudah
dikabulkan Tuhan."
Doa manusia memang tidak langsung dikabulkan
Tuhan. Sebab Tuhan bukan pelayan di restoran
cepat saji. Tuhan juga bukan tuas gas dan rem
mobil yang jika kita gerakkan langsung bereaksi
sesuai dengan kehendak kita. Ya, kita memang
sangat-sangat keterlaluan memperlakukan Tuhan.
Padahal kita tahu bahwa Tuhan Rabbul Alamin.
Pencipta Alam semesta satu-satunya dan tidak
ada duanya. Satu dalam kemanunggalannya.
Satu yang tidak ada yang lain. Kata "satu"inipun
tidak begitu tepat karena nanti ada kata dua, tiga,
empat dan seterusnya. Jadi, ya pokoknya hanya
DIA YANG ADA DAN SATU-SATUNYA SUMBER
SEMUA YANG ADA. Karena Yang Ada adalah
satu-satunya predikat yang paling umum dan
mendasari semua yang ada, maka tanpa
kehadiran Tuhan, semua yang ada ini menjadi
tidak bermakna dan tidak masuk akal. Tuhan
adalah LOGOS YANG MENCIPTAKAN KOSMOS.
Dengan Kemahabijaksanaan-Nya Tuhan tidak
menolak doa kita. Dia Maha Welas Asih sehingga
doa kita pasti dikabulkannya. Malaikatlah yang
mencatat doa kita dan diletakkan di daftar tunggu
antrian di alam malakut. Daftar tunggu itu seperti
lemari besar milik seorang manusia yang di
dalamnya ada kotak-kotak doa kita. Orang yang
tidak pernah berdoa, maka di dalam lemari hidup
itu kosong melompong. Banyak tidaknya kotak
doa di lemari harapan ini sejatinya tidak
menunjukkan derajat ketinggian spiritual
manusia. Sebab ada orang yang banyak berdoa,
namun doanya kebanyakan berisi doa tentang
ketidakpuasan hidupnya di dunia, keinginan-
keinginan yang disampaikan melulu bersifat
duniawi … maka derajatnya pasti sangat rendah.
Ada lagi doa yang banyak dipanjatkan untuk
mensyukuri nikmat-nikmatnya sehingga lemari
harapan ini penuh. Ini lemari manusia yang
derajatnya sangat mulia. Dan yang paling mulia,
adalah lemari harapan yaitu doa agar manusia
diperkenankan untuk melihat wajah Nya dan
mencicipi nikmatnya bersatu dengan Dzat-Nya
kemudian hidupnya dipenuhi dengan semangat
untuk menolong semua makhluk ini dari
kesesatan. Manusia yang demikian pasti
mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya.
Kenapa Tuhan menunda doa kita? Itu karena
Tuhan menyayangi kita. Kita yang biasanya tidak
tahu apa yang akan terjadi, biasanya doa yang
kita panjatkan juga asal-asalan. Kita tidak tahu jika
doa kita langsung dikabulkan, bisa jadi kita akan
tidak siap dan menjadi orang yang manja.
Padahal, hukum alam semesta ini pasti mengutuk
sikap MANJA. Hukum yang berlaku di Alam
Semesta ini adalah HUKUM KAUSALITAS SEBAB
AKIBAT yang jauh dari sikap manja. Dalam hidup
ini, kita diminta untuk berusaha, membanting
tulang dan mencari rezeki yang halal. Alam
semesta hanya menyediakan bahan mentah dan
manusia diwajibkan untuk mengolah bahan
mentah agar dia bisa hidup secara layak dan
manusiawi.
Di alam semesta berlaku SELEKSI ALAM. Siapa
yang berusaha keras maka dia yang akan berhasil
mendapatkan sesuatu sesuai dengan yang
diusahakannya. Jangan berharap lebih dari apa
yang kita usahakan, karena di sana nanti ada
unsur NEGATIF dan ada amalan yang bisa
membalik ke kita lagi. Bila Anda menanam biji
mangga maka berharaplah agar mangga itu akan
berbuah. Jangan berharap berbuah duren atau
pisang karena itu berarti tidak mungkin. Jangan
berharap mendapatkan rezeki nomplok turun dari
langit setelah kita berdoa jutaan kali, karena Tuhan
tidak mungkin memberikannya.
Jangan berharap akan kaya mendadak, kecuali bila
Anda memang anak seorang bos yang sudah
kaya duluan. Bila tidak ingin miskin, maka ambil
cangkul dan bangunlah pada pagi hari. Berangkat
ke sawah dan berharaplah suatu saat apa yang
Anda tanam itu mendatangkan hasil. Hiduplah
serasi dengan hukum alam, hiduplah harmoni
dengan hukum Tuhan. Meskipun kita bukan
orang besar, terkenal dan jauh dari hiruk pikuk
dunia yang gemerlap tapi yakinlah bahwa suatu
saat kita akan menjadi makhluk paling terhormat
karena mampu menjaga nilai-nilai yang abadi dan
suci.
Jadi, jangan pernah mutung dan membatalkan
doa yang telah dipanjatkan kepada Tuhan.
Namun, lupakan saja doa yang pernah kita
panjatkan agar kita tidak dihinggapi penyakit
TIDAK YAKIN BAHWA TUHAN MAHA MELIHAT
DAN MAHA MENDENGAR. Berdoalah dengan
sungguh-sungguh. Cukup sekali saja dan
kemudian lanjutkan hidupmu dengan hati yang
sabar dan pasrah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar