Kamis, 10 Maret 2011

SYUKUR

Allah memposisikan orang2 yang sabar dalam
posisi yang mulia, banyak dinyatakan didalam
ayat-ayat Al qurán bahwa Allah bersama dengan
orang2 yang sabar, Allah mencintai orang-orang
yang sabar.
Ada 3 macam sabar, yaitu:

- Sabar dalam ketaatan
- Sabar dalam kemaksiatan
Kedua sabar diatas terkait dengan ikhtiar,
kemudian

- Sabar dalam menerima cobaan

Sering presepsi manusia berada pd point ini
Dan 3 macam tingkatan sabar:

1. Sabar u/ meninggalkan Hawa Nafsu setingkat
dgn orang yang bertaubat

2. Sabar atas apa yang menimpa setingkat dgn
orang yang Zuhud

3. Mencintai apa yang diperbuat Tuhan thd diri
kita setingkat dgn orang yang Siddiq
Bahkan ketika usaha kita u/ bersabar tidak
dirasakan berat maka sdh termasuk SABAR
Penjabaran dari 3 macam sabar:

1. Sabar dalam Ketaatan

Pada dasarnya manusia memiliki 2 macam
keadaan, yaitu:

- Sesuai dgn Hawa Nafsu Keadaan ini paling sulit
u/ dikendalikan, shg kerap kali manusia menjadi
melampui batas. Sabar dalam kesenangan lebih
sulit dibandingkan ketka kita dalam keadaan sulit/
tertimpa musibah. Orang miskin lebih mudah
bersabar dibandingkan orang kaya. Oleh karena
itu harus bisa mengontrol diri

- Tdk sesuai dgn Hawa Nafsu Terkait dgn ikhtiar.
Ketaatan merupakan lawan dr Hawa Nafsu,
karena sebenarnya tabiat jiwa manusia tidak suka
pada ubudiyah tapi lebih menyukai rubbubiyah.

2. Sabar dalam kemaksiatan

Hal ini juga terkait dgn ikhtiar manusia, seperti
yang terdapat didalam Q.S. 16:90
,,Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran ’’.
Namun kemaksiatan itu sendiri pada dasarnya
sesuai dgn dorongan Hawa Nafsu.

3. Sabar dalam menerima cobaan

Point ini terlepas dari ikhtiar manusia. Dalam
sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas, ´´Sabar pada benturan pertama memiliki
900 tingkatan …“.
Sabar merupakan barang dagangan para Nabi.
Dalam sebuah kisah Rasulullah menyuruh
seorang ibu u/ bersabar atas kematian anaknya
dimana ia meraung dan menangis menjerit.
Namun ia malah berkata, “Engkau tidak mengerti
kepedihanku“. Kemudian Rasulullah pergi. Dan
salah seorang sahabat menegur ibu tsbt,
‘’ Tahukah kau siapa yang barusan
memberikanmu nasihat? Ia adalah Rasulullah’’.
Kemudian ibu tsbt pergi mengejar Rasulullah dan
mengatakan, ’’Ya Rasulullah aku sabar, aku ridho’’.
Tapi Rasulullah mengatakan,’’Sabar itu adalah
pada benturan yang pertama’’.
‘’Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah
melainkan ia mengucapkan Innalillahi wa inna
illaihi roojiún ’’
(H.R. Muslim)

Derajat Sabar ialah dgn tidak ada kebencian (tidak
mempertanyakan) terhadap musibah yang
menimpa. Sehingga yang harus ditampakkan
adalah RIDHO, bahwa semua yang terjadi adalah
atas kehendak-Nya. Sabar yang baik adalah bila
orang yang tertimpa musibah tersebut tidak
diketahui oleh orang lain (ia tidak mengumbar
perihal musibahnya tsbt ke orang lain). Dan tidak
dikeluarkan dari kata sabar apabila dgn linangan
air mata.
Allahlah yang menurunkan penyakit dan
memberikannya obat. Setiap penyakit diperlukan
ilmu dan amal. Agama dan ilmu merupakan jalan
keluar dari setiap permasalahan yang ada.
Cara memperkuat/menumbuhkan sabar:

- Bermujahadah (bersungguh-sungguh); dengan
pengetahuan yang kuat akan memperkuat agama
dan iman

- Melatih dorongan Agama u/ melawan dorongan
Hawa Nafsu; diperlukan PEMBIASAAN, seperti
pembiasaan pada anak kecil juga dgn kekuatan
agama

SYUKUR

Dalam sebuah hadist dikatakan:
`Sungguh aneh perkara orang mu´min, ketika
diberi cobaan ia bersabar dan ketika diberi nikmat
ia bersyukur`
Syukur berarti tidak hanya dalam hati mengakui
tapi juga dalam ibadah dan amal perkataan.
Agar dapat bersyukur diperlukan:

1. Ilmu

2. Kondisi spiritual

3. Amal perbuatan

Pemberi segala nikmat adalah ALLAH, namun
seringkali kita menganggap bahwa semua itu
karena diri sendiri dan mengenyampingkan Allah.
Bersyukur bukan tentang nikmat yang diberikan,
tapi bersyukur kepada pemberi nikmat itu sendiri.
Kita memberikan kegembiraan kita kepada
pemberi nikmat akan nikmat tsbt. Namun
seringkali syukur kita masih ditempatkan kepada
nikmat & pemberian nikmat tsbt, bukan kepada
ALLAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar